TUGASKU DI BUMI TIDAK HANYA UNTUK MENGEJARMU
***
Selamat malam seseorang ...
Aku salah apa, sih? Rasanya yang kuberi hanya sia-sia. Padahal kamu tidak tahu, ‘kan? Aku hampir saja kehilangan diriku sendiri demi menjadi seseorang yang kamu minta. Sesosok bayangan sempurna yang sepertinya manusia di bumi ini tidak ada yang bisa memenuhinya. Aku ini manusia biasa, masih punya air mata, masih punya nama. Maaf, aku tak bisa menjadi seperti yang kamu inginkan. Karena inginmu terlalu banyak, aku tak sanggup. Sejauh ini, sepertinya kisah kita bukan tentang aku dan kamu. Tapi tentang kamu dan sesosok bayangan indah yang selalu kamu impikan.
Maaf, itu bukan diriku yang sebenarnya. Aku hanya ingin kamu tahu, aku sakit lho waktu kamu bilang, "Tolong berubah demi aku." Itu aku tak bisa. Aku mundur, ya? Karena aku sudah terlalu lelah berlari. Kamu tak bisa dikejar, dan tugasku di bumi tidak hanya untuk mengejarmu. Masih banyak yang harus aku lakukan, seperti menjadi sosok ‘aku’ misalnya. Karena sebenarnya aku ini istimewa dan aku harap akan ada seseorang yang bisa menerima istimewanya diriku sendiri. Terima kasih, ya. Sudah mengajarkanku rasanya berjuang tanpa dilihat sedikit pun. Kalau misalnya berlari dan mengejar sudah tak dianggap, cukup.
***
Berat mengubah sikap, sebab demi Tuhan rasa ini masih sama. Memandang wajahmu aku tak sudi. Oh, jangan sampai di hadapanmu aku meneteskan air mata. Mengertilah aku adalah lelaki yang benci menangis. Mengertilah, telah semampunya aku tak ingin melihatmu lagi. Sementara waktu telah menyeretku jauh dari ragamu. Aku saja menjadi benci menjadi aku. Yang berharap kembali di detik-detik itu. Di Pelukanmu, betapa pesta yang sia-sia. Ria yang percuma. Pada tiap esok yang kupunya hanya akan ada satu tanya, “Kau di mana?” Sesungguhnya aku ingin sekali lagi berkata, “iya.” Namun tiada pintamu datang kepadaku. Mungkin aku hanya terlalu sering berpikir tentang satu hari yang tidak akan pernah datang.
No comments:
Post a Comment